NAMA :
ALIYUDDIN
(1B114168)
HENDRO
PRAMONO (1B114167)
MUHAMMAD
HAFIIDH (1B114166)
KELAS :
5KA52
A.
Ilmu
Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan
I. Ilmu Pengetahuan
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu, sains atau ilmu pengetahuan
adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandanganya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan
(knowlwdge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang tertentu. Dipandang dalam sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistomologi.
Untuk mencapai suatu pengetahuan
yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi
empat hal yaitu :
1. Tidak ada perasaan
yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif.
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
3. Kepercayaan yang
layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi
yang digunakan untuk mencapai ilmu.
4. Merasa pasti bahwa
setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian,
namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
II. Teknologi
Pengertian Teknologi
Teknologi merupakan keseluruhan
sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan
kenyamanan hidup manusia.
Pengetahuan teknologi oleh
manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana.
Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api telah menaikkan
ketersdiaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda telah membantu
manusia dalam perjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan
teknologi terbaru, termasuk diantaranya mesin cetak, telepon, dan
internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan
manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua
teknologi digunakan untuk tujuan damai.
Ciri-Ciri Fenomena Teknik pada Masyarakat
Menurut Sastrapratedja (1980)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Rasionalistas, artinya
tindakan yang spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional.
2. Artifisialitas, artinya selalu
membuat sesuatu yang buatan atau tidak alamiah.
3. Otomatisme, artinya dalam hal
metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis.
4. Teknik berkembang pada suatu
kebudayaan.
5. Monisme, artinya semua teknik
bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
6. Universalisme, artinya teknik
melampaui batas-batas kebudayaan dan idiologi, bahkan dapat menguasai
kebudayaan.
7. Otonomi artinya teknik
berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Ciri-ciri Teknologi Barat
1. Serba intensif dalam segala
hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga lebih akrab
dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.
2. Dalam struktur sosial,
teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3. Kosmologi atau pandangan
teknologi Barat adalah: menganggap dirinya sebagai pusat yang lain.
III. Ilmu pengetahuan teknologi dan nilai
a.
Definisi Ilmu Pengetahuan
Ilmu
Pengetahuan adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
sebab-akibat dalam suatu golongan masalah untuk mengenali kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Teknologi,
menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan
perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi,
yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya untuk
mempermudah pekerjaan manusia.
Nilai adalah
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.
Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia.
b.
Fungsi Ilmu pengetahuan, Teknologi dan Nilai dalam Masyarakat
1.
Ilmu pengetahuan itu menjelaskan
(explaining, Describing) Fungsi ilmu pengetahuan dalam menjelaskan memiliki 4
bentuk yaitu a. Deduktif, yaitu ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu
berdasarkan premis pangkal ilir yang telah ditetapkan sebelumnya b)
Probabilistik, Ilmu pengetahuan dapat menjelaskan berdasarkan pola pikir
induktif dari sejumlah kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian
(tidak mutlak) yang bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti. c)
Fungsional, ilmu pengetahuan dapat menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu
sistem secara menyeluruh, d) Genetik, ilmu pengetahuan dapat menjelaskan suatu
faktor berdasarkan gejala-gejala yang sudah sering terjadi sebelumnya.
2.
Meramalkan (prediction) Ilmu
pengetahuan harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu peristiwa atau
kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.
3.
Mengendalikan (controlling) Fungsi
Ilmu pengetahuan dalam mengendalikan harus dapat mengendalikan gejala alam
berdasarkan suatu teori misalnya bagaimana mengendalikan kurs rupiah dan
harga.
IV. Kemiskinan
A. Pengertian
Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah
garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain.
Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1)
Persepsi manusia terhadap
kebutuhan pokok yang diperlukan
2)
Posisi manusia dalam lingkungan
sekitar
3)
Kebutuhan objectif manusia untuk
bisa hidup secara manusiawi Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang
diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat dan sistem nilai
yang dimiliki.
B.
Ciri-ciri Kemiskinan
1)
Tidak memiliki faktor produksi
sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dll.
2)
Tidak memiliki kemungkinan untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh
tanah garapan atau modal usah.
3)
Tingkat pendidikan yang rendah,
tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari
tambahan penghasilan.
4)
Kebanyakan tinggal di desa
sebagai pekerja bebas (serabutan) berusaha apa saja.
5)
Banyak yang hidup di kota berusia
muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
C. Fungsi Kemiskinan
1) Fungsi Ekonomi
Penyediaan tenaga
untuk pekerjaan tertentu menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru
dan memanfaatkan barang bekas (masyarakat pemulung).
2) Fungsi Sosial
Menimbulkan altruisme
(kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya,
sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
3) Fungsi Kultura
Sumber inspirasi
kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya
saling mengayomi antar sesama manusia.
4) Fungsi Politik
Berfungsi sebagai
kelompok gelisan atau masyarakat marginal untuk musuh bersaing bagi kelompok
lain.
Walaupun kemiskinan
mempunyai fungsi, bukan berarti menyetujui lembaga tersebut. Tetapi karena
kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan fungsi lain sebagai pengganti.
B. Agama dan Masyarakat
I. FUNGSI AGAMA
A. Fungsi Agama Dalam Masyarakat
Ada beberapa alasan tentang
mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
• Karena agama merupakan sumber
moral
• Karena agama merupakan petunjuk
kebenaran
• Karena agama merupakan sumber
informasi tentang masalah metafisika.
• Karena agama memberikan
bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia
ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa
sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu
pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang
mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu,
manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari
dalam, maupun dari luar dirinya.Macam-macam fungsi agama dalam masyarakat:
Fungsi
Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang
itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan
orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi
sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan
di bawah:
– Memberi pandangan dunia kepada
satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi
pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan
mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia.
Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia,
melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam
menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap
manusia harus menaati Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan yang
tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa
ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia
sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk menjawabnya
adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.
– Memberi rasa kekitaan kepada
sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam
pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman
bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan
nilai yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan
sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah
menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah
menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini
dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama
bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh
yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau
pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama
disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan
sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai
faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu
ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.
Fungsi Disintegratif Agama
Meskipun agama memiliki peranan
sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu
masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai
kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi
suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan
menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah
membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan
tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat sempurna
dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama
dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta
membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama
Disinilah letak fungsi agama
dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan
menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Beberapa tujuan agama yaitu :
• Menegakan kepercayaan manusia
hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
• Mengatur kehidupan manusia di
dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga dapat mencapai
kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
• Menjunjung tinggi dan
melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
• Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu
sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger, agama merupakan
aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi umumnya agamawan, agama
merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan sampai pada aspek yang
terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan kemanusiaan.
Masalahnya, di balik keyakinan
para agamawan ini, mengintai kepentingan para politisi. Mereka yang mabuk
kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-nyiakan sisi potensial
dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai komoditas yang
sangat potensial untuk merebut kekuasaan.
Yang lebih sial lagi, di antara
elite agama (terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis), banyak di antaranya
yang berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca, mengekspansi) seluas-luasnya
keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun tentunya sangat
jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari negara sebagaimana
yang dikatakan Hobbes di atas. Maka, kloplah, politisasi agama menjadi proyek
kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan para elite agama yang
juga mabuk ekspansi keyakinan.
Namun, perlu dicatat, dalam
proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih lihai dibandingkan
elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah)
menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi
agama) melalui jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya
adalah politisasi agama.
Di tangan penguasa atau politisi
yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang benar
disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa
mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau
bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai
kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya.
Menurut saya, disfungsi atau
penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya diperhatikan oleh segenap
ulama, baik yang ada di organisasi-organisasi Islam semacam MUI. Ulama harus
mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda yang harus dimiliki,
melainkan nilai yang melekat dalam hati.
Mengapa kita sering takut
kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita internalisasi dalam
hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni
hati (kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa
segala tingkah laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak,
rusak pula kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama.
Dengan kata lain, hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa
diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Sayangnya, kita lebih suka
meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di kibaran bendera, bukan
di relung hati
Fungsi pertama agama, ialah
mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta bagaimanakah saya
berhubung dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan sebagai hablun
minaLlah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan
kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya sebutkan
tadi. Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar tentang Ketuhanan,
Kenabian, Kesahihan Risalah dan sebagainya.
Kategori pertama ini, adalah
daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama. Pluralisma agama yang
disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK bermaksud menyamaratakan
semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama rataan dibuat sedangkan
sesiapa sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu berbeza. Tidak
mungkin semua agama itu sama!
Manakala fungsi kedua bagi agama
ialah mendefinisikan siapakah saya dalam konteks interpersonal iaitu
bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi pembaca Muslim, kategori ini
saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat
al-Quran yang memerintahkan manusia agar saling kenal mengenal (Al-Hujurat 49:
13), perbezaan yang berlaku di antara manusia bukan sahaja meliputi perbezaan
kaum, malah agama dan kepercayaan. Fenomena berbilang agama adalah seiring
dengan perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu semenjak sekian lama.
Maka manusia dituntut agar
belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan kenal mengenal, dan
bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.
Untuk seorang manusia berkenalan
dan seterusnya bekerjasama di antara satu sama lain, mereka memerlukan beberapa
perkara yang boleh dikongsi bersama untuk menghasilkan persefahaman. Maka di
sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue) mengambil tempat. Dialog
antara agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan yang ada di antara
agama. Dan persamaan itu banyak ditemui di peringkat etika dan nilai.
B. Dimensi-Dimensi Komitmen Agama
Cara Beragama:
Berdasarkan cara beragamanya :
1. Tradisional, yaitu cara
beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang,
leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam
beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi
bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam
meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
2. Formal, yaitu cara beragama
berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara
ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau
punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara
beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara
beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain
agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi
hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha
memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan
pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional
atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahulu, yaitu cara
beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk
itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu,
pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada
orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli
yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum
mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu
semua.
II. PELEMBAGAAN AGAMA
3 Tipe Kaitan Agama Dengan Masyarakat
Kaitan
agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak
menggambarkan sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954), yaitu:
1.
Masyarakat yang terbelakang dan nilai- nilai sakral
Masyarakat
tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama
yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok
keagamaan adalah sama.
2.
Masyarakat- masyarakat pra- industri yang sedang berkembang
Keadaan
masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi
daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai
dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara-
upacara tertentu.
3.
Masyarakat- masyarakat industri sekular
Masyarakat
industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua
aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik,
tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan
sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi
penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin
terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam
menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular
semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak
terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama,
praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.
Pelembagaan Agama
Agama begitu universal, permanen
(langgeng) dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak memahami agama,
akan sukar memahami masyarakat. Agama melalui wahyunya atau kitab sucinya
memberikan petunjuk kepada manusia guna memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu
selamat dunia dan di akhirat, di dalam perjuangannya tentu tidak boleh lalai.
Untuk kepentingan tersebut perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi
pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang
rutin. Agama menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial,
merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia,
keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan.
Dan terbentuklah organisasi keagamaan untuk mengelola masalah keagamaan. Yang
semula terbentuk dari pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri organisasi,
kemudian menjadi organisasi kegamaan yang terlembaga. Lembaga keagamaan
berkembang sebagai pola ibadah, ide- ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil
sebagai bentuk asosiasi atau organisasi. Tampilnya organisasi agama akibat
adanya kedalaman beragama, dan mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal
alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan dan sebagainya.
III. Contoh Konflik Agama
Contoh konflik
a. Tahun 1996, 5 gereja dibakar
oleh 10,000 massa di Situbondo karena adanya konflik yang disebabkan oleh
kesalahpahaman.
b. Adanya bentrok di kampus
Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar (SETIA) dengan masyarakat setempat
hanya karena kesalahpahaman akibat kecurigaan masyarakat setempat terhadap
salah seorang mahasiswa SETIA yang dituduh mencuri, dan ketika telah diusut
Polisi tidak ditemukan bukti apapun. Ditambah lagi adanya preman provokator
yang melempari masjid dan masuk ke asrama putri kampus tersebut. Dan bisa
ditebak, akhirnya meluas ke arah agama, ujung-ujungnya pemaksaan penutupan
kampus tersebut oleh masyarakat sekitar secara anarkis.
c. Perbedaan pendapat antar
kelompok – kelompok Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan Muhammadiyah.
d. Perbedaan penetapan tanggal
hari Idul Fitri, karena perbedaan cara pandang masing – masing umat.
Sumber : http://meylaniarifmuhaimah.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-teknologi-teknologi-dan-kemiskinan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar